Pernah Dikira Hoaks, Satwa-satwa Ini Adalah Makhluk Nyata
Dalam sejarah sains, tak jarang terjadi adanya pemalsuan biologis, kasus-kasus orang yang mengarang organisme imajiner dan menyatakannya sebagai nyata. Atau, berbohong tentang perilaku organisme. Namun, tak jarang juga makhluk yang dicurigai palsu [hoaks] ternyata nyata.
Kadang-kadang, organisme yang pernah digolongkan sebagai mitos atau cryptid ternyata makhluk hidup yang benar-benar hidup di muka bumi. Beberapa makhluk ini dulunya digambarkan melalui tulisan maupun coretan di kertas. Saat dipublikasikan, banyak yang menganggap gambar tersebut bohong. Setelah beberapa waktu, diketahui, makhluk-makhluk ini memang ada, sebagaimana dikutip dari Gizmodo dan sumber lainnya.
Platipus
Platipus mungkin kasus satwa paling terkenal di masa lalu yang dianggap bohong. Pada abad 18, para ilmuwan Inggris menggambarkan makhluk berparuh besar ini. Saat itu, publik sedang mati-matian menyatakan bahwa putri duyung dan hydra [naga berkepala banyak] adalah satwa mitos.
Ketika Kapten John Hunter membawa kulit dan paruh platipus dari Australia pada 1798, sontak para ilmuwan berpendapat itu merupakan karya kreatif seorang ahli pembuat kulit binatang. Menjahit kulit berang-berang yang digabung dengan paruh bebek.
Ahli bedah Robert Knox coba menghilangkan prasangka buruk itu dan mencari setiap jahitan yang mengindikasikan hewan bohong. Dia tidak menemukan apa pun, dan deskripsi tentang binatang ini mulai terkuak.
Burung Cendrawasih [King of Saxony]
Bisa jadi, burung ini terlalu menarik sebagai satwa nyata. Bulu alisnya yang luar biasa membuatnya dicurigai sebagai palsu. Burung ini pertama kali muncul di sebuah museum Eropa akhir abad ke-19. Ketika Direktur Museum Dresden pertama kali menggambarkannya kepada ahli burung Inggris Richard Bowdler Sharpe, Sharpe menyatakan jenis semacam itu tidak mungkin ada di alam.
Terlepas dari kecurigaan awal bahwa burung itu adalah karya seorang taxidermist [ahli menyumpal tubuh hewan mati agar terlihat hidup], Sharpe akhirnya melihat spesimen dengan matanya sendiri. Diyakinkan bahwa burung indah dengan bulu-bulunya yang luar biasa itu nyata adanya.
Okapi
Pada 1900, Dr. P.L. Sclater dari London Zoological Society, memamerkan sepasang “bandolier” atau selempang yang menurutnya dibuat tentara dari kulit binatang yang tidak dikenal. Sclater memastikan rambut-rambut itu mirip jerapah dan zebra, walaupun dia belum pernah melihat kulit yang sama sebelumnya.
Pameran itu menimbulkan sensasi, banyak yang bertanya apakah kulit itu tipuan belaka? Lagi pula, bagaimana makhluk seperti itu tidak terdeteksi begitu lama? Tahun berikutnya, pertanyaan publik terjawab ketika Harry Johnston mengirim sisa-sisa bangkai okapi ke London.
Comments
Post a Comment