Kisah Nyata di Balik Mitos Suku Amazon, Kaum Wanita yang Gila akan Peperangan

 ‘Amazon’ adalah sebutan bagi suku nomaden di dataran Eurasia yang seluruh anggotanya terdiri dari prajurit wanita. Mungkin kedengarannya mirip-mirip Wonder Woman ya? Superhero dari Hollywood itu memberi kita kesan bahwa wanita bisa menjadi kaum yang tangguh dan bisa bertarung layaknya pria. Tapi sementara Wonder Woman hanya tokoh fiksi belaka, wanita Amazon (yang jadi inspirasi Wonder Woman) punya akar sejarah yang lebih nyata.

Bangsa Yunani kuno mengenal mereka sebagai suku yang agresif, brutal, dan sangat menyukai peperangan. Menurut legenda, suku Amazon adalah keturunan dari Dewa Perang Ares dan Dewi Ketentraman Harmonia. Beberapa pahlawan Yunani seperti Hercules, Theseus, dan Achilles diceritakan pernah menguji keperkasaan mereka dengan bertarung melawan suku Amazon.

Lebih jauh lagi, mitos mengatakan kalau suku Amazon rela memotong salah satu payudara mereka supaya bisa membidik panah dengan lebih akurat. Bahkan jika seorang anggota suku melahirkan bayi laki-laki, dia akan langsung membunuh bayi malang itu. Dalam hal asmara, suku Amazon adalah ‘penyuka sekaligus pembunuh kaum lelaki.’

Perlu digarisbawahi kalau sebagian besar kisah suku Amazon berasal dari mitologi Yunani yang kebenarannya masih (sangat) bisa dipertanyakan. Tapi berdasarkan bukti-bukti arkeologis yang ada, para peneliti berhasil mengungkap keberadaan suku ‘wanita petarung’ yang jadi inspirasi legenda Amazon di masyarakat Yunani kuno.

Dokumen dari zaman Yunani kuno menjelaskan kalau suku Amazon tinggal di dataran stepa Eurasia, tepatnya di perbatasan Kazakhstan dan Rusia. Saat para arkeolog melakukan ekspedisi ke tempat tersebut sekitar tahun 1990, mereka berhasil menemukan kurgans, lahan pemakaman bangsa nomaden Skithia (Iran kuno).

Penelitian mengungkap ada beberapa makam wanita yang di dalamnya terdapat senjata tajam seperti pisau dan anak panah. Ternyata, makam tersebut adalah milik para prajurit wanita Skithia yang dikubur bersama senjata mereka.

Di salah satu kuburan, arkeolog menemukan tulang belulang seorang gadis dengan kedua kakinya yang agak bengkok (karena sering menunggang kuda). Di sebelah kiri jasad gadis terdapat sebilah pisau, sedangkan di bagian kanannya tergeletak 40 buah anak panah. Seorang prajurit wanita lain bahkan punya anak panah yang masih tertanam di rongga dadanya


Wanita Skithia yang perkasa


Kaum wanita dari bangsa Skithia bertarung, berburu, menembak panah dan menunggang kuda layaknya pria. Merekalah yang jadi cikal bakal lahirnya legenda Amazon di masyarakat Yunani kuno.

Lantas mengapa para wanita ikut bertarung dalam peperangan?

Ternyata bangsa Skithia terdiri dari suku-suku kecil. Karena kecilnya jumlah anggota suku tersebut, maka setiap anggota punya pengaruh penting demi kelangsungan hidup kelompoknya. Itulah alasan mengapa wanita Skithia sering terlibat dalam peperangan dan terbiasa melakukan pekerjaan laki-laki, seperti latihan bertarung dan berburu misalnya.

Kuda merupakan aspek yang penting dalam keseharian bangsa nomaden Skhitia. Bahkan mereka terkenal pandai menjinakkan kuda dan menjadikannya tunggangan untuk berburu dan berperang. Suku Skithia pun berlatih menunggang kuda, menombak, dan memanah semenjak dini. Tak heran di kala dewasa, kemampuan mereka di medan perang bisa lebih hebat dibanding pria.


Mitos mengatakan kalau suku Amazon kerap menelantarkan anak laki-laki yang lahir dari rahim mereka sendiri, atau memberikan hak asuh anak pada Ayahnya yang berasal dari suku lain. Rumor di kalangan masyarakat Yunani kuno tersebut didasari anggapan bahwa suku Amazon hanya menerima anggota perempuan saja.

Tapi ternyata rumor itu berawal dari kebiasaan suku-suku nomaden (termasuk bangsa Skithia) yang saling bertukar hak asuh anak laki-laki. Mengirim anak laki-laki untuk dibesarkan oleh suku lain memastikan suatu hubungan yang baik di antara kedua belah pihak. Mengirim/menukar anak laki-laki antar suku juga termasuk cara untuk mencegah terjadinya perkawinan sedarah. Tradisi itu merupakan perjanjian tak tertulis yang sudah umum dilakukan oleh masyarakat nomaden zaman dulu.

Ciri lain yang menjadikan wanita Skhitia begitu mencolok di mata bangsa lain adalah kebiasaan mereka menghisap ganja, meminum kumis (alkohol hasil fermentasi susu kuda), dan mentato tubuh mereka. Sejarawan Yunani Herodotus pernah mengisahkan tradisi itu dalam tulisannya mengenai suku Amazon. Apa yang ditulis Herodotus ternyata ada benarnya. Sebab, para arkeolog menemukan bukti adanya peralatan hisap (ganja) dan arang di setiap kuburan bangsa Sikhtia. Sementara itu di beberapa kuburan peneliti menemukan peralatan mentato.

Wanita Amazon yang jadi inspirasi Wonder Woman hanya sebatas mitos belaka. Tapi setelah diteliti lebih mendalam, para arkeolog berhasil mengungkap adanya peradaban Skithia yang unik di mana para penduduk wanitanya menunggang kuda, berburu, bahkan bertempur mati-matian layaknya pria.

Comments

Popular posts from this blog

Kisah Ratu Juana, Si Gila dari Kastila

Makhluk Misterius Terlihat di Hamburg

Mengenal Sosok Trajan, Kaisar Romawi Kuno Dengan Gelar Optimus