Misteri Mongolian Death Worm, Makhluk Ganas Dari Gurun Gobi
Kehidupan manusia terus berubah mengikuti waktu. Perubahan yang manusia alami konon melewati fase perubahan fisik dibandingkan dengan manusia jaman dulu. Banyak bukti yang diyakini bahwa fisik manusia semakin hari semakin menyusut. Perubahan itu bukan hanya menimpa manusia, tapi juga menimpa makhluk hidup lain termasuk hewan.
Banyak hewan-hewan yang sudah ditemukan fosilnya pada jaman dulu dengan ukuran besar sudah punah saat ini. Di antara hewan-hewan tersebut ada yang sudah terbukti keberadaannya, ada juga hewan yang tidak ditemukan bukti kehidupannya tapi dipercaya ada. Biasanya status hewan tersebut menjadi legenda atau cerita rakyat.
Setiap tempat pasti mempunyai cerita rakyat seperti ini. Salah satunya adalah Mongolian death worm atau cacing maut Mongolia yang hidup di Gurun Gobi. Sebagian orang percaya kalau cacing maut Mongolia masih ada walaupun belum dapat dibuktikan secara ilmiah. Mari kita bahas lebih jauh tentang misteri Mongolian death worm, makhluk ganas dari Gurun Gobi.
Bentuk Fisik Cacing Maut Mongolia
Cacing maut Mongolia merupakan sebutan untuk makhluk berbentuk cacing mematikan yang hidup di Gurun Gobi. Orang-orang Mongolia menyebutnya dengan nama olgoi-khorkhoi yang berarti cacing dengan usus yang besar. Makhluk itu dideskripsikan mempunyai panjang dari 60 cm sampai 2 meter. Tubuhnya berwarna merah dan ada tonjolan berduri di kedua ujung tubuhnya.
Beberapa saksi mengatakan kalau cacing maut Mongolia termasuk hewan bawah tanah. Selain itu, ia juga disebut mampu membunuh mangsanya dari jarak jauh dengan semprotan racun atau sengatan listrik dari mulutnya. Makhluk itu melakukan hibernasi sepanjang tahun dan hanya aktif pada bulan Juni dan Juli. Kemunculannya sering terjadi ketika hujan atau saat tanah basah.
Warga Mongolia merasakan ketakutan dengan cara cacing maut Mongolia memangsa. Selain mampu mengeluarkan racun yang berbahaya dan memberi sengatan listrik, caranya menyerang cukup mengerikan. Dia akan muncul dari pasir lalu melepaskan racun. Korban yang paling banyak dimangsa adalah hewan ternak dan tidak jarang juga menyerang manusia.
Perdana Menteri Mongolia pernah memberikan pernyataan tentang cacing maut Mongolia. Dia mengatakan bahwa bentuk makhluk itu seperti sosis dengan panjang dua kaki, tidak punya kepala atau kaki. Dia menambahkan betapa beracunnya makhluk itu bahkan kalau menyentuhnya bisa menyebabkan kematian.
Legenda Cacing Maut Mongolia
Nama cacing maut Mongolia mendapat perhatian publik pertama kali dari buku karangan Roy Chapman Andrew yang berjudul On The Trail of Ancient Man yang dirilis pada tahun 1926. Sayangnya dia tidak merasa cukup yakin setelah mendengar pernyataan orang-orang Mongol. Tidak ada bukti berupa fosil atau foto membuat Andrew ragu walaupun orang-orang Mongolia sangat percaya bahwa makhluk itu ada.
Ivan Mackerle, seorang peneliti makhluk cryptid Loch Ness ikut menyimpan ketertarikan terhadap cacing mematikan di Gurun Gobi. Dia mulai mempelajari dan meminta keterangan dari penduduk setempat. Banyaknya kasus yang melibatkan makhluk itu membuat dia percaya bahwa keberadaan cacing maut Mongolia bukan isapan jempol belaka.
Seorang pakar biologi bernama Karl Shuker membahas cacing maut Mongolia dalam bukunya yang berjudul The Unexplained: An Illustrated Guide to the World’s Paranormal. Dia menggambarkan cacing itu sebagai makhluk paling sensasional di dunia yang tersembunyi. Meski dia tidak punya bukti otentik, tapi dia bisa menangkap ketakutan warga akan makhluk itu.
Seorang kriptozoologis asal Ceko bernama Ivan Mackerie juga mempelajari cacing maut Mongolia. Ketika dia merasa cukup mendapat pengetahuan, dia berangkat ke Gurun Gobi pada tahun 1990. Sayangnya banyak orang Mongolia yang enggan bercerita. Pemerintah Mongolia bahkan sempat melarangnya meneliti makhluk legendaris itu walau akhirnya larangan itu dicabut.
Dalam bukunya yang berjudul Mongolske Zahady (Mongolian Mystery), Mackerle akhirnya mendapat hasil yang lebih baik pada penelitiannya ini. Dia menyimpulkan bahwa cacing maut Mongolia berbentuk seperti sosis dengan panjang setengah meter, setebal lengan manusia, dan menyerupai usus lembu.
Makhluk itu juga dapat berganti bulu ketika kesakitan dan berekor pendek seperti yang dipotong. Dia menambahkan bahwa ada kesulitan untuk membedakan kepala dan ekornya karena mahluk itu tidak terlihat mempunyai mata, lubang hidung atau mulut. Deskripsi itu berasal dari berbagai sumber dan dia meyakini bahwa makhluk itu nyata bukan hanya legenda atau mitos.
Seorang ahli cryptozoologi bernama Richard Freeman melakukan ekspedisi untuk menemukan cacing maut Mongolia pada tahun 2005. Ketika sampai di Gurun Gobi, dia mendapat cerita dari juru bicaranya yang mampu berbicara dalam bahasa lokal. Cerita itu tentang adanya sebuah tim ekspedisi lain yang mengunjungi desa Suji.
Salah satu dari mereka merasa curiga akan kehadiran cacing maut Mongolia di sekitarnya sehingga dia menggunakan batang untuk membunuh makhluk yang bergerak di dalam tanah itu. Tidak lama kemudian dia tewas sementara rekan-rekannya yang lain merasa ada semacam getaran dalam tanah dan memutuskan untuk berlari karena ketakutan.
Comments
Post a Comment